MAKNA SULUK/TAREKAT DAN WUSHUL/MARIFAT
DALAM ISLAM
Oleh : M. Ilham Hidayatullah
A.
PENDAHULUAN
Dalam dunia modern seperti saat
sekarang ini tidak sedikit kita temukan orang-orang yang sters dengan keadaan
dan segala tuntutan hidup mereka masing-masing. Namun, adapula sebagian di
antara masyarakat modern saat ini yang mulai haus akan ketenangan dan keteduhan
bathindengan memasuki dunia sufi atau tasawuf. Bagi seorang sufi yang
menggeluti dunia tasawuf pastinya mengetahui dengan jelas tentang “suluk” suluk
adalah jalan, yaitu jalan unuk lebih dekat dengan Allah swt dan akan sampai
nantinya “wushul” yaitu orang yang samapi mengenal/tahu kepada Allahmaksudnya
mengenal/merasakan bukan karena riwayat atau mendengar dari cerita orang, namun
karena menjalani dan menumukan sendiri.
Bedasarkan uraian di atas pemakalah
menyajikan beberapa rumusan masalah yaitu : pertama, apa yang di maksud
dengan suluk dalam islam ?, kedua, apa yang di maksud dengan
wushul/marifat dalam islam ?. Ketiga, fase apa saja untuk mencapai
hakikat marifah ?.
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
suluk/tarekat dalam islam
Dari segi bahasa suluk/tarekat
berasal dari bahasa arab thariqat yang artinya jalan, keadaan, aliran
dalam garis sesuatu. Shaliba mengatakan secara harfiah tarikat berarti jalan
yang terang, lurus yang memungkinkan sampai pada tujuan dengan selamat.[1]
Selanjutnya pengertian tarikat berbeda-beda menurut tinjauan masing-masing. Di
kalangan muhaddisin tarikat di gambarkan dalam dua arti yang asasi pertama
menggambarkan seseuatu yang tidak dibatasi terlebih dahulu (lancar), dan yang
kedua didasarkan pada sistem yang jelas yang di batasi sebelumnya. Selain itu
tarikat juga di artikan sekumpulan cara yang bersifat renungan, dan usaha
inderawi yang mengantarkan pada hakikat, atau esuatu data yang benar.[2]
Khusus ,menyangkut kata ath-thariqah, di ungkapkan Al-qur’an
dalam ayat berikut:
“dan bahwasannya jika mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu
(agama islam), maka benar-benar kami akan memberi minum kepada mereka air yang
segar (rezeki yang banyak). (QS. Al-jinn 16)
Selanjutnya istilah tarikat lebih
banyak di gunakan oleh para ahli tasawuf. Musthafa zahri dalam hubungan ini
mengatakan tarikat adalah jalan atau
petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah sesuai dengan acaran yang di contohkan
oleh Nabi muhammad dan di kerjakan oleh sahabat-sahabatnya, tabi’in dan tabi’it
tabi’in turun-temurun sampai kepada guru-guru secara berantai sampai pada masa
kita ini.[3]
Lebih khusus lagi tarikat di
kalangan sufiyah berarti sistem dalam rangka mengadakan latihan jiwa,
membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela dan mengisinya dengan
sifat-sifat terpuji dan memperbanyak zikir dengan penuh iklas semata-mata untuk
mengharapkan bertemu dan bersatu secara ruhiah dengan tuhan.[4]jalan
dalam tarikat itu antara lain terus-menerus berada dalam zikir atau ingat terus
kepada tuhan, dan terus-menerus menghindari diri dari sesuatu yang melupakan
tuhan.
حَقِيْقَةُ
السُّلُوْكِ ' اَلتَّخَلَّى عَنِ الصِّفَاتِ الْمَذْمُوْمَةِ وَ التَّحَلِّى بِالصِّفَ اتِ الْمَحْمُوْدَتِ
Adapun hakekat suluk, ialah mengosongkan diri dari sifat-sifat
mazmumah/buruk (dari maksiat lahir dan dari maksiat batin) dan mengisinya
dengan sifat-sifat yang terpuji/mahmudah (dengan taat lahir dan batin). [5]
Jadi arti suluk itu, bukanlah sekedar untuk maksud mendapat nikmat
dunia dan akhirat atau untuk memperoleh limpahan-limpahan kurnia Allah, atau
untuk mendapatkan sorotan nur cahaya, dan lain-lain, sehingga kelak dapat
mengetahui suratan nasib. maka itu semua bukan, tetapi bertujuan semata-mata
untuk Allah.Dengan jalan suluk, maka semua pelajaran-pelajaran yang kita
pelajari dari ilmu tasawuf/tarekat. salik sendiri akan mengalaminya oleh karena
itu pentingkanlah dan merasa wajib lah melakukan suluk itu.[6]
Dalam pada itu harun nasu tion
mengatakan tarekat ialah jalan yang harus di tempuh seorang sufi dalam tujuan
ion mengatakan tarekat ialah jalan yang harus di tempuh seorang sufi dalam
tujuan berada sedekat mungkin dengan tuhan. Hamka mengatakan bahwa di antara
makhlik dan khaliq itu ada perjalanan hidup yang harus di tempuh. Inilah yang
kita katakan tarikat.[7]
Dengan memperhatikan berbagai berbagai pendapat di atas, kiranya
dapat di ketetahui bahwa yang di maksud dengan tarekat adalah jalan yang
bersifat spiritual bagi seorang sufi yang di dalamnya berisi amalan ibadah dan
lainnya yang bertemakan menyebut nama Allah dan sifat-sifatnya di sertai
penghayatan yang mendalam amalan dalam tarikat ini di tunjukkan dalam
memperoleh hubungan sedekat mungkin (secara rohaniah) dengan tuhan.
Dalam perkembangan selanjutnya, tarikat sebagai,ama di sebutkan Harun
nasution,mengandung arti organisasi (tarikat), yang mempunyai syaik, upacara
ritual dan bentuk zikir tertentu.
Guru dalam tarikat yang sudah melembaga itu selanjutnya di sebut
mursyid atau syaikh, dan wakilnya di sebut khalifah. Adapun pengikutnya di
sebut murid. Sedangkan tempatnya di sebut ribath dan sawiyah atau taqiyah.
Selain itu tiap tarikat juga memiliki amalan atau atau ajaran wirid tertentu,
simbol-simbol kelembagaannya, tata tertibnya dan upacara-upacara lainnya yang
membedakan antara satu tarekat dengan tarikat lainnya.
Menurut ketentuan tarikat pada umumnya,bahwa seorang murid di
hadapan gurunya ibarat mayit atau bangkai yang tak berdaya apa-apa. Dan karena
tarikat itu merupakan jalan yang harus dilalui untuk mendekatkan diri kepada
Allah, maka orang yang menjalankan suluk/tarekat itu harus menjalankan syariat
dan si murid harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :[8]
a.
Mempelajari
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan syariat agama.
b.
Mengamati dan
berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti jejak sang guru, dan melaksanakan
printahnya serta meninggalkan larangannya.
c.
Tidak
mencari-cari keringanan dalam beramal agar tercapai kesempurnaan yang hakiki.
d.
Berbuat dan
mengisi waktu seefisien mungkin dengan segala wirid dan doa guna pemantapan dan
kekhusuan dalam mencapai maqomat yang lebih tinggi.
e.
Mengekang hawa
nafsu agar terhindar dari kesalahan yang dapat menodai amal.
Ciri-ciri
tarekat tersebut merupakan ciri yang pada umumnya dianut setiap kelompok,
sedangkan dalam bentuk amal dan wiridnya berbeda-beda.
Artinya : maka tempuh lah jalan tuhanmu yang telah dimudahkan
bagimu. Dalam menempuh jalan kepada tuhan (suluk) maka ahli-ahli tasawuf/tarekat
merasa yakin akan sampai kepada tuhan.
Firman
Allah : (Q.S al-kahfi 110)
فَمَنْ
كَانَ يَرْجُوْا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ
عَمَلًا صَالِحًا وَلَايُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدَا
Artinya : maka barang siapa
yang ingin akan menemukan Allah,maka hendaklah ia mengerjakan amal/baik/shaleh
dan janganlah ia mempersekutukan siapapun dalam ber-ibadat kepada Allah.
Dengan ciri-ciri tarikat yang demikian itu tidak mengherankan jika
ada pendapat yang mengatakan bahwa tarikat sebenarnya termasuk dalam ilmu
mukasyafah, yaitu ilmu yang dapat menghasilkan pancaran nur tuhan kedalam hati
murid-muridnya, sehingga dengan nur itu terbukalah baginya segala sesuatu yang
gaib dari pada ucapan-ucapan nabinya dan rahasia-rahasia tuhannya. Ilmu ini di
lakukan dengan cara riadah/latihan dan mujahadah.
Dengan demikian tarikat mempunyai hubungan subtansial dan
fungsional dengan tasawuf. Tarikat pada mulanya berarti tata cara dalam
mendekatkan diri kepada Allah.dengan demikian pula tasawuf adalah usaha
mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarikat itu adalah cara dan jalan yang
di tempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada tuhan. Inilah
hunungan antara tarikat dan tasawuf.
2. Pengertian wushul/marifat dalam islam
Segi bahasa, marifat berasal dari kata ‘arafa-ya’rifu=irfan dan
marifah yang artinya mengetahui atau pengalaman. Dan apabila dihubungkan dengan
pengalaman tasawwuf, maka istilah marifat di sini berarti mengenal Allah ketika
sufi mencapai suatu maqam dalam tasawwuf.[9]
Dr. Musthafa Zahri mengemukakan
salah satu pendapat ulama tasawuf, antara lain:
اَلْمَعْرِفَةُ جَزْمُ قَلْبِ بِوُجُوْدِ الْوَاجِبِ
الْمَوْجُوْدِ مُتَصِفًا بِسَاءِرِ الْكَلِمَاتِ
Artinya : “marifah adalah ketepatan hati (dalam memercayai hadir nya)
wujud yang wajib adanya (Allah) yang menggambarkan segala kesempurnaan”
Marifah adalah pengetahuan yang objeknya bukan pada hal-hal yang
bersifat zahir, tetapi lebih mendalam terhadap bathinnya dengan mengertahui
rahasiannya. Hal ini di dasarkan pada pandangan bahwa akal manusia sanggup
mengetahui hakikat ketuhanan, dan hakikat itu sati, dan segala yang maujud
berasal dari yang satu.[10]
Tidak semua orang yang menuntut ajaran tasawwuf dapat sampai kepada
tingkatan marifah. Karena itu, sufi yang sudah mendapatkan marifah, memiliki
tanda-tanda tertentu, sebagaimana keterangan dzun nun Al-mishri yang mengatakan
ada beberapa tanda yang dimiliki oleh sufi bila sudah sampai kepada tingkatan
marifah, antara lain :
a.
Selalu
memancarkan cahaya marifah padanya dalam segala sikap dan prilakunya, karena
itu, sikap wara’ selalu ada pada dirinya.
b.
Tidak
menjadikan keputusan pada sesuatu yang berdasarkan fakta yang bersifat nyata,
karena hal-hal yang nyata meurut ajaran tasawuf, belum tentu benar.
c.
Tidak
menginginkan nikmat Allah yang banyak buat dirinya, karena hal itu bisa
membawanya kepada perbuatan haram.
Dari sini kita dapat melihat bahwa seorang sufi tidak membutuhkan
kehidupan yang mewah, kecuali tingkatan kehidupan yang hanya sekedar dapat
menunjang kegiatan ibadahnya kepada Allah swt.
3. persiapan-persiapan dan tata
cara untuk memulai suluk/tarikat
1. persiapan pertama
a.
Memperkuat
hasrat untuk bersiap memulai suluk
b.
Mencari mursyid
yang kabil (petunjuk jalan yang ahli/guru tarikat yang muktabarah)
c.
Bertaubat dari
segala dosa lahir dan bathin dan mengakui bahwa ia mempunyai banyak dosa
d.
Melupakan/meninggalkan
segala kegiatan/kesibukan duniawi selama suluk
e.
Bertekad bahwa
perjalanan itu menuju kepada dzikrul maut
Artinya: “tidak
ada jalan masuk / musyahadah dengan Allah, kecuali melalui dua pintu : salah
satu dari pada itu ialah fanaul akbar yaitu mati tabii.
2.
Persiaban kedua
a.
Niat iklas
untuk melakukan suluk, semata-mata untuk Allah
b.
Mentaati
perintah Allah dan Rasulnya dan mengikuti petunjuk-petunjuk suuekh mursyid
c.
Melakukan mandi
taubat
Adapun adab mandi taubat adalah : berniat, yaitu berniat mandi
taubat dari dosa lahir dan bathin karena Allah.
1)
Mandi taubat
dengan air suci dan diucapkan: Ya Allah, ampunilah dosaku lahi dan bathin dengan
air bersih ini, semoga hilang semua najis besar dan kecil.
2)
Mandi taubat
dengan air zam-zam (diniatkan) dan diucapkan: Ya Allah, ampunilah dosaku lahir
dan bathin dan seluruh anggota badanku (mulit, hidung, mata, telinga, dua
tangan, dua kaki, kemaluan, dan perut) dengan air zam-zam.
3)
Mandi taubat
dengan air al kausar/surga , diucapkan: Ya Allah, ampunilah dosaku atas tujuh
latifa (L qalby, L roh, L sirri, L chafi, L achfa, L nafsu natiqa, L kullu
jasad) dengan ait al kausar
4)
Mandi taubat
dengan air makrifatu nurullah dan nur muhammad, diucapkan: Ya Allah ampunilah
saya dari semua dosaku dengan air makrifatu nurullah dan nur muhammad.
Catatan:
cara mandi taubat seperti tersebut di atas di kerjakan pada tengah malam, pada
saat inilah calon salik seolah-olah mandi pada empat taraf air, maksudnya salik
sudah bertarikat/berjalan kepada maut.
1. berjalan pada tempat kediamannya,
mandi air bersih menuju baitullah.
2. berjalan menuju dari baitullah,
mandi air zam-zam menuju surga.
3. berjalan dari surga, mandi air al
kausar menuju ke khadirat Allah.
4. di surga menuju ke khadirat Allah
mandi air makrifatu nurullah dan nur Muhammad.
Firman Allah:
تَحَيتهم
يوم يلقونه سلام وأعدلهم أجرا حريما
Artinya: “bahwa mereka orang-orang mukmin mendapat penghargaan pada
hari bertemunya mereka itu dengan Allah dengan ucapan pemberian “salam
penghormatan” dan Allah telah menetapi janjinya kepada mereka dengan pemberian
karunia yang sangat Agung”
Setelah sudah mengerjakan mandi taubat, barulah calon salikmelakukan
beberapa shalat sunnah:
1)
shalat wudhu
dua rakaat
2)
shalat taubat
dua rakaat
3)
shalat hajat
dua rakaat
4)
. shalat
istikharah dua rakaat
Sesudah mengerjakan beberapa shalat sunnah, maka di lakukanlah
tawajju: (mengkonsentrasikan segala ingatan, perasaan, dan tujuan yang di
tujukan semata-mata kepada Allah):
a.
Duduk tarikat,
kepala di tundukkan ke latifatul Qolbi, seluruh anggota badan di diamkan dan di
tenangkan
b.
Seluruh badan
dari kepala, di bungkus kain putih, dan lampu di padamkan
c.
Sebaiknya di
kerjakan dengan pimpinan syekh mursyid
d.
Mendengarkan
perintah-perintah syekh mursyid
Barulah langkah selanjutnya ialah:
1)
Berniat
2)
Berdoa,
a.
Ya Allah,
jadikanlah hatiku berjalan kepadaMu, sehingga aku memperoleh keridhaanmu yang
aku cari
b.
Ya Allah,
hilangkan lah hijab dalam hatiku dan bukakanlah hijab yang menutupi saya untuk
menemukan Engkau
c.
Ya Allah,
limpahkan lah kepada ku nur makrifatMu dalam hatiku, supaya aku melihat wajahMu
d.
Ya Allah,
kembalikan lah aku kepada kodratMu dan iradatMu
e.
Ya Allah,
berikanlah aku keriddhaanMu dan janganlah kami di siksa di hari kemudian
3)
4) membaca
istigfar:
5) membaca
shalawat kepada nabi Muhammad 3x atau 100x
6) membaca
surat Al-fatihah 1x dan membaca surat Al-iklas 3x serta berdo’a “Ya Allah,
berikanlah kami pahalanya apa-apa yang kami baca dengan suratul fatihah dan
suratul iklas dan jadikanlah bacaan kami itu baik, karena engkaulah tuhan yang
Maha sempurna. Dan jika bacaan kami ada pahalanya, maka kami mohon di hadiahkan
ke hadirat Nabi Muhammad dan syekh mursyid serta semua silsila tarikat dan
semua hamba yang sholeh.
7) Rabibatu kubur
Dalam
melakukan rabibatu kubur, salik duduk tarikat, mata di pejamkan, lidah dilipat
ke atas langit-langit, gigi di rapatkan, mulit di tutup, kepala di tundukkan ke
latifatul qalbi dan badan di lembutkan gaya orang mati.
Dalam rabitatu kubur ini salik,
merasai/melihat dirinya mati, dimandikan, dikapan/di bungkus kain putih, di
shalati, di angkat ke jenazah, di antar orang banyak ke kburan, di masukkan ke
dalam kubur, di timbuni, di bacakan beberapa surat dari Al-quran dan di Talqin.
Dunia sudah di tinggalkan, tinggal
sendirian di kubur, malaikat mungkar dan nakir dadatang menannya: siapa
tuhanmu?, siapa nabimu?, siapa imammu? Dimana kiblatmu?
Setelah itu kita berjalan diatas titian
siratul mustaqim dengan keyakinan. Melihat kekiri neraka, tidak sanggup masuk
karena terlalu panas, melihat ke kanan surga, tidak patut masuk karena banyak
dosa.
Kita berjalan terus pantang mundur, maju
terus ke depan semata-mata untuk menemukan Allah, salik masih merenug terus dan
hati sudah tenang. Ketika itu, kehadiran hati beserta Allah, seolah-olah Allah
mengatakan kepada kita/salik:
Dalam ketenangan jiwa, kemudian membaca 2x
Kemudian
barulah di baca do’a munajat:
8)
3.
Tata cara
pelaksanaan tarikat
Tata cara
pelaksanaan tarikat antara lain:
a.
Zikir, yaitu
ingat yang terus-menerus kepada Allah dalam hati serta menyebutkan namanya dengan lisan. Zikir ini
berguna sebagai alat kontrol bagi hati, ucapan dan perbuatan agar tidak
menyimpang dari garis yang sudah di tetapkan Allah.
b.
Ratib, yaitu
mengucap lafal la ilaha illa Allah dengan gaya gerak dan irama tertentu
c.
Musik, yaitu
dalam membacakan wirid-wirid dan syair-syair tertentu diiringi dengan
bunyi-bunyian (instrumentalia) seperti memukul rebana
d.
Menari, yaitu
gerak yang di lakukan mengiringi wirid-wirid dan bacaan-bacaan tertentu untuk
menimbulkan kekhidmatan
e.
Bernafas, yaitu
mengatur cara bernafas pada waktu melakukan zikir yang tertentu.[11]
Selain itu
musthafa zahri mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan tarikat sebagaimanandi
sebutkan di atas, perlu mengadakan latihan batin, riadah dan mujahadah
(perjuangan kerohanian). Perjuangan seperti itu di namakan pula suluk dan yang
mengerjakannya di sebut salik.
4. Fase-fase untuk mecapai hakekat marifah
Salik/seseorang (yang berhasrat untuk bertasawuf dapat melakukan tarekat/berjalan
kepada Allah dengan menempuh 4 fase/marhalah:[12]
a.
Fase I. Disebut
dengan marhalah amal lahir.artinya : berkenalan melakukan amal ibadat yang di
perlukan dan nawafil/sunnat. Tiada di kurangi-kurangi, sesuai sesuai ibadat
perlu dan nawafil yang biasa di kerjakan oleh rasulullah.
b.
Fase II.
Di sebut dengan amal batin atau muraqabah ( mendekatkan diri kepada Allah)
dengan jalan mensuci-bersihkan diri dari maksiat lahir dan bathin (takhali)
memerangi hawa nafsu di barengi dengan amal yang mahmudah/terpuji dari taat
lahir dan bathin (tahalli) yang semuanya itu merupakan amal qalbi. setelah hati
dan rohani telah bersih yang di isi/dihiasi dengan zikir, istigfir dan dan
tasbih, maka pada fase ini datanglah nur Allah yangdi namakan: nur cahaya
kesadaran[13]
c.
Fase III. Di
sebut marhalah riadhah/melatih diri dan mujahadah/mendorong diri.
Firman Allah ( Q.S al-ankabut 49 )
وَالَّذِيْنَ جَاهِدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ
سُبُلَنَا
Artinya : dan mereka yang
mujahadah/bersungguh-sungguh ( mencari Allah ) maka sungguh kami (Allah) akan
menunjukkan jalan (tarekat) kepada kami.
Maksud mujahadah ini, ialah
melakukan jihad lahir batin untuk menambah kuat nya kekuasaan rohani atas
jasmani, guna membebaskan jiwa kta dari belenggu nafsu duniawi, supaya jiwa itu
menjadi suci bersih bagaikan kaca yang segera dapat menangkap apa-apa yang
bersifat suci, sehingga mustahiq memperoleh bebrbagai pengetahuan yang hakiki
tentang Allah dan kebesarannya.
Biasanya salik yang telah sampai
kepada taraf ketiga ini maka mulailah jiwanya itu sedikit demi sedikit dimasuki
nur cahaya.ketika itu mulai lah terbuka baginya keindahan alam itu, kebesaran
alam ini, dan berbagai hal-hal yang halus dan rahasia.
d.
Fase IV. Disebut
marhalah ‘fana-kamil yaitu jiwa sisalik telah sampai kepada martabat syuhudul
haqqi bil haqqi ( شهود الحق بالحق )
Meluhat hakekat kebenaran
Kemudian
terbukalah dengan terang berbagai alam yang rahasia baginya, ketika itu
terbukalah rahasia-rahasia rabbany baginya.berturut-turut datanglah nur dan
mukasyafah padanya.dalam situasi seperti seperti inilah dalam puncak mahabbah
dengan Allah, dapat melihat Allah dengan mata batin nya, memperoleh puncak kelezatan
yang tiada pernah dilihat mata, tiada pernah di dengar telinga dan tiada pernah
terlintas dalam hati sanubari manusai, tidak mungkin di sifati atau dinyatakan
dengan kata-kata.
Pada
fase marhalah ini sebagai puncak segala perjalanan, maka datanglah nur yang
dinamakan : nur kehadiran.
C.
KESIMPULAN
1. Hakekat suluk, ialah mengosongkan
diri dari sifat-sifat mazmumah/buruk (dari maksiat lahir dan dari maksiat batin
) dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji/mahmudah ( dengan taat lahir
dan batin ). Jadi arti suluk itu, bukanlah sekedar untuk maksud mendapat nikmat
dunia dan akhirat atau untuk memperoleh limpahan-limpahan kurnia Allah, atau
untuk mendapatkan sorotan nur cahaya, dan lain-lain,sehingga kelak dapat
mengetahui suratan nasib. maka itu semua bukan. Tetapi bertujuan semata-mata
untuk Allah.
2. Marifah
adalah ketepatan hati dalam memercayai hadirnya wujud yang wajib adanya Allah
yang menggambarkan segala kesempurnaan.jadi Tidak semua orang yang menuntut
ajaran tasawwuf dapat sampai kepada tingkatan marifah.
3. Salik/seseorang (yang berhasrat
untuk bertasawwuf dapat melakukan tarekat/berjalan kepada Allah dengan menempuh
4 fase/marhalah. Pertama, marhalah amal lahir batin. Kedua,amal
bathin atau muraqabah. Ketiga,marhalah ridhah/me;atih diri dan
mujahadah/mendorong diri. Keempat, marhalah fana-kamil.
[1] Jamil shaliba, Al-mu’jam al-falsafi, juz II, (Beirut: Dar al-kitab,
1979), hal 20
[2] Ibid hal 21
[3] Musthafa zahri, kunci memahami ilmu tasawuf, (surabaya:bina ilmu,
1995), hal 56
[4] Ibid 57
[5] Dr. Musthafa zahri, kunci memahami ilmu tasawuf, surabaya, pt.
Bina ilmu, 1998, hal 251
[6] Ibid hal 253
[7] Hamka, tasawuf perkembangan dan pemurniannya, (jakarta:pustaka
panjimas, 1984), cetakan XI, hal 1
[8] Prof, dr, h, Abuddin nata, akhlak tasawuf, cetakan ke-10,
april, 2011 pt rajagrafindo persada hal 271
[9] Jamil saliba, mu’jam al-falsafi, jilid II, (beirut: dar
al-kitab,1979), hal 72
[10] [10] Jamil
saliba, mu’jam al-falsafi, ibid, hal 72
[11] Prof, dr, h, Abuddin nata, akhlak tasawuf, cetakan ke-10,
april, 2011 pt rajagrafindo persada hal 277
[12] [12] Dr.
Musthafa zahri, kunci memahami ilmu tasawuf, surabaya, pt. Bina ilmu,
1998, hal 252
[13] Ibid 253
Tidak ada komentar:
Posting Komentar